Graceling by Kristin CashoreMy rating: 3 of 5 stars
Firstly.. this book isn't meant for young adults. =___=
The idea about sex before married is totally disturbing. I don't know why in USA, Graceling won many awards in Young Adults Book Category.
Okay, here's the story.. (Indonesian please...)
Katsa, gadis Graceling delapan belas tahun yang memiliki Bakat/Grace Membunuh (Killing Grace). FYI, Graceling adalah sebutan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan unik yang disebut Grace. Ciri-ciri Graceling adalah kedua mata mereka memiliki warna yang berbeda. Katsa, dalam hal ini, memiliki warna biru dan cokelat.
Nah, sebagai keponakan Raja Randa of Middluns, Katsa dimanfaatkan habis-habisan oleh sang raja untuk menakut-nakuti musuh-musuhnya. Sampai suatu ketika, Katsa bertemu dengan Pangeran Po dari Kerajaan Lienid yang juga seorang Graceling petarung. Po yang menyadarkan Katsa akan nilai dirinya yang sebenarnya.
Singkatnya Katsa menemukan keberaniannya menentang Randa dan memilih melakukan perjalanan bersama Po. Mereka berangkat untuk mencari motif kejadian penculikan kakek Po. Singkat cerita, petunjuk mereka mengarah pada kerajaan yang paling tidak menarik perhatian. Di sana mereka menyelamatkan Bitterblue, putri kerajaan tersebut yang juga sepupu Po dari kejaran ayahnya.
Dari segi ide dan alur cerita cukup bagus. Intriknya, runutnya bener2 amazing. Benar-benar tidak terpikirkan oleh saya. Hanya saja banyak sekali detail yang diangkat Cashore yang sebenarnya tidak perlu diangkat. Hal ini yang membuat saya sebenarnya agak bosan membacanya. Endingnya bahkan pun bertele-tele.
Lalu..tokoh jahatnya cepat sekali matinya. Sepertinya tidak worthed banget cerita panjang lebar petualangan Katsa jika tokoh jahatnya mati secepat itu. Dan lebih daripada itu, tidak diceritakan apa yang dipikirkan si tokoh jahat. Intinya dia jahat. TITIK. zzzz.. (mungkin karena bakal dibahas di buku prekuelnya kali ya? +__=)
Karakterisasi cukup kuat. Masing-masing karakter seakan tidak dianaktirikan penulisnya. Walaupun saya agak berpikir The Young Bitterblue agak sedikit terlalu dewasa dari yang seharusnya. Yah, itu bukan masalah besar. Jadi termaafkan :D
Kemudian.. hmm... masalah pemikiran seks bebas. Saya tidak ngerti kenapa bisa si Katsa sampai ngotot banget tidak mau nikah. Hanya karena tidak ingin punya bayi? Oh Please... Lalu sebagai solusi karena ia dan Po sudah saling jatuh cinta, jadilah mereka melakukan seks bebas dan memakai obat supaya Katsa tidak hamil. Haizz! Itu alasan paling tidak masuk akal buatku. Apalagi ini cerita untuk anak remaja!
Kalau lah dia seperti Katniss dalam "Hunger Games Series", tidak mau menikah dan punya anak karena tidak mau anak-anaknya jadi korban Hunger Games. Itu baru alasan!
Ditambah lagi, Po menawarkan dirinya "dipakai" Katsa sepuasnya..... OMG... ~.~
Mungkin bingung juga melihat kenapa aku memberi bintang 3, tetapi buku ini kumasukkan dalam bookshelves "keren". Ini pun baru pertama kalinya aku memasukkan buku berbintang 3 ke dalam bookshelves keren.
Karena sebenarnya buku ini memang KEREN. Narasi dan alurnya benar-benar memikatku. Seperti membaca fantasy mistery. TAPIIII..... Ada 2 hal. Pertama karena bertele-tele. Kedua, balik lagi soal masalah pemikiran ala feminist itu. Jika buku ini dikategorikan sebagai buku untuk dewasa. Hmm.. okelah, saya mungkin masih setuju memberi bintang 4, tapi ini.. err... untuk remaja. PLEASE deh. Menampilkan adegan dewasa dan pemikiran seperti itu pada remaja. Aku sangat tidak setuju.
Aku akan membaca buku keduanya, FIRE. Mudah2an lebih baik dari Graceling :)
Seks pranikah itu bukan pemikiran feminist sih.
BalasHapusItu cuma pilihan--yang nggak lebih baik atau lebih buruk dari alternatifnya, yaitu seks pasca nikah--jika diambil dengan pertimbangan matang dan rasa tanggung jawab.
Jeleknya ya, kalau itu diglorify di novel remaja sebagai pilihan yang lebih baik dari alternatifnya.
Aku sendiri sudah memilih. Dan aku nggak akan bilang bahwa orang yang memilih lain daripada aku adalah orang yang sok suci/kurang bermoral. It's just a choice. Dan pilihan itu selayaknya dibuat setelah dewasa. Bukan semasa remaja seperti yang dicontohkan tokoh ini :'(
Eniwei, ini layak masuk daftar beli bukuku ga ya... :)
Yup. Aku tak akan bilang yg memilih sex pranikah lebih ga bermoral dibanding yang menikah. Toh banyak juga yang menikah tapi malah lebih "buas" XD
BalasHapusCuma berharap aja kalau buku ini diterbitkan di indonesia, diberi label dewasa. :D
Aku rasa cukup worthed dibaca kok. Tunggu diskonan kinokuniya atau.... Ngunduh! XD
haloo..
BalasHapusnewbie nongol lagi..:) izin follow yaa..:) aku tertarik ma reviewnya ni buku, karena (FINALLY!) ada yang sepandangan ma aku... :)
Aku pikir selain sisi bertele-telenya, yang ganggu banget itu soal seksnya tanpa married dengan alasan hyper dangkal (okeh, ini opini doang. buat fans ini buku, maaf loh..:) ).. habis itu buatku pribadi penuturannya malah terlalu detail di bagian gak perlu dan kurang detail di bagian yang seharusnya penting. ==;
@mbak luz: mending jangan.. hihi... sayang duite.. download aja.. aku nemu pdfnya loo.. hehe.. tar kucari linknya. moga masih ada..:)
Heh? Dicariin pula? Baik kali, hehehe.
BalasHapusBaidewei, Maw tukar link blog kah? Kalau mau please kabar kabari ya...
@ashara:
BalasHapusTernyata ada yang setuju dengan omelanku =)) Rata2 di GR banyak yang suka dengan buku ini sih. XD
@Luz:
buat link, kayanya aku pernah lihat di 4shared deh. Aku donlod buku ke duanya juga di situ.