Lomba Surga Buku: MAKANAN LEZAT
Diberitahu teman bahwa ada lagi lomba cerpen. Heheh... Tanpa mikir panjang saya ikut. Ingin dapat Paket A-nya. Kayanya ceritanya asyik :D
*lempar nanow ke ujung berung*
Temanya adalah "Seperti apa sih surga buku bagimu?" Dan inilah dia, surga buku bagi saya :)
Nah. Kalau ada yang mau ikutan juga. Silahkan lihat di mari. Selamat Ulang Tahun, Surga Buku! :D
------------------------------------------------------------------------------------
“Sedikit lagi, Kak! Ayo!”
“Iya. Iya.”
Kukayuhkan kakiku lebih cepat lagi. Adikku sudah jauh di sana. Kakinya memang diciptakan lebih gesit dariku. Aku tahu ia sudah tak sabar lagi tiba di Gerbang Raksasa Kayu. Tujuan kami.
Adalah impian kami menemukan tempat berlimpah ruah makanan lezat. Sebab rumah kami sudah kehabisan makanan lezat sejak lama. Yang tersisa hanyalah kayu-kayu rapuh busuk dan berair. Semenjak kecil kami dibuai oleh dongeng Ibu, tentang legenda Gerbang Raksasa Kayu yang isinya dipenuhi makanan lezat. Letaknya berada di dunia atas. Melintasi Padang Keramik Putih nan luas. Jauh. Tetapi kami tidak peduli. Sebelum mati, kami ingin mewujudkan impian. Berdua, kami pun memutuskan melakukan perjalanan ini.
“Awas, Kak!”
Bayangan raksasa melintas persis di depanku. Sial! Rupanya aku melamun. Padang Keramik Putih ini memang terkenal penuh bahaya. Banyak anggota klan kami yang kehilangan nyawanya di tempat ini. Untung saja aku berhenti tepat setelah teriakan adikku. Masih dalam keadaan syok, aku diseretnya bersembunyi di belakang salah satu dari empat tiang besi raksasa, yang menopang tenda berbentuk segiempat.
“Tadi itu bahaya sekali,” katanya.
Aku mengangguk setuju. Tetapi belum sempat kami banyak-banyak mengambil nafas, bahaya kembali menghadang. Tiang-tiang besi itu bergeser bersamaan. Lagi-lagi kami beruntung, karena arah geserannya bukan ke arah di mana kami sembunyi.
Secepat kilat, kami berlari menuju sesuatu berwarna cokelat yang terdekat. Seperti yang telah kami sepakati sebelumnya. Karena tempat yang kami cari bernama Gerbang Raksasa Kayu, kami berasumsi, warnanya cokelat.
Salakan keras tiba-tiba terdengar dari sisi kanan. Adikku spontan menjerit. Monster berbulu muncul. Hampir saja kami terinjak. Bulu-bulunya yang berkibar berkali-kali hampir membuat kami terlempar. Taring menjuntai dari moncong besar. Matanya hitam mengerikan menatap kami tertarik. Kuduk kami lantas dingin. Tubuh mengkaku. Sekilas aku teringat wewejangan Ayah bila kami bertemu monster. Pura-pura mati.
“Tahan nafasmu, Dik,” bisikku. “Jangan bergerak.”
Adikku tak menjawab. Tetapi aku tahu ia mendengar. Samar-samar terdengar suara tercekik dari arahnya. Ia menelan ludah ketakutan. Aku dapat merasakan tangannya meraba tanganku, lalu menggenggamnya erat.
Beberapa detik berlalu bagai neraka. Namun semuanya terbayar. Makhluk itu pun berlalu tanpa menyentuh kami. Usaha kami berhasil. Begitu ia tak terlihat lagi, giliran aku yang menarik tangan adikku sekuat tenaga. Lari.
Beberapa detik berlalu bagai neraka. Namun semuanya terbayar. Makhluk itu pun berlalu tanpa menyentuh kami. Usaha kami berhasil. Begitu ia tak terlihat lagi, giliran aku yang menarik tangan adikku sekuat tenaga. Lari.
Bayangan-bayangan kembali melintas. Cepat. Bila tak hati-hati, kami bisa ditabrak. Adikku menjaga kecepatan larinya sesuai denganku. Dengan tangan-tangan kami yang saling menggenggam. Kami saudara. Kami teman seperjalanan. Kami akan hidup dan mati bersama.
Namun berlari seperti ini membuatku lelah bukan kepalang. Tepat saat aku hendak berseru meminta adikku berhenti barang sejenak, kudengar ia berkata,
“Kakak, lihat!”
Kubuka mataku. Terperangah tak percaya. Ternyata kami telah tiba pada Gerbang Raksasa Kayu. Seperti dugaan. Di hadapan kami nampak deretan lemari dengan deretan buku. Makanan lezat.
“Surga.” Tanpa sadar ucapku.
Ah, kami kutu-kutu yang bahagia.
***
Seandainya aja lebih panjang dari ini, pasti twistnya lebih berasa. >w<
BalasHapusUhuk.
BalasHapusTadinya ingin buat cuma 100 kata lho. :D
... komentarku hilang
BalasHapusoTL
well ... cuma saran untuk ending saja sih ... karena ending yg ini kesannya "mengejutkan pembaca", gimana klo bikin ending dengan kesan yg "polos" aj? kurasa ending dgn tipe "polos" bisa kurang-lebih lebih nyambung dengan nuansa ceritanya *sotoy.com
em, contohnya sih kurang lebih seperti ini:
"Ah, sungguh kami adalah dua kutu yang berbahagia."
begitulah, hahahah, dan untuk sisanya sudah bagus, cerita fabel yg menarik, okeh~ XD
humm... bener juga... thx, ivon :x
BalasHapus*brb edit*
kutu-kutu yg bhgia..? hahah aku sejk awl mkir itu manusia.. :D
BalasHapusbner endingny bkin aku syok.. :v
lanjut donk crtany menegangkn bngt.. :)