Review: Last Minute in Manhattan

Ah, sudah lama saya tiada posting yah. Maaf-maaf. Kesibukan tahun ini agak luar biasa dari sebelum-sebelumnya. Jadilah, saya agak sulit nyari waktu untuk menulis blog. Sudah ada sih, topik-topik yang ingin saya bahas di sini, tapi masih dalam penyusunan. Maka dari itu, sementara baca saja repiu ini yah. Mumpung lagi niat nulis repiu agak panjang. Hehe...


Last Minute in Manhattan: Beri Cinta WaktuLast Minute in Manhattan: Beri Cinta Waktu by Yoana Dianika
My rating: 2 of 5 stars

*garuk-garuk kepala*

Seharusnya sebelum baca buku ini, saya mensugesti diri saya sendiri dulu bahwa...





SEMUA NOVEL ROMENS HARUS KEJU!!!

Tetapi entah gimana, saya survive baca novel ini. Buktinya? Tuh lihat di atas, saya kasih dua bintang. Karena SAYANGNYA saya ga bisa ngasih satu bintang untuk buku yang berhasil saya selesaikan. (sebenarnya saya juga heran kenapa bisa selesai, walaupun saya speedreading)

Permasalahan kisah ini sesungguhnya, bukan di keju-kejuan. Tentulah, saya bukan orang yang menilai satu buku hanya dari narasi semata kok. Hehehe...
Bila ada teman-teman penulis yang ingin tahu contoh karakter Marry Sue pegimana, silahkan tengok novel ini.

Gimana nggak, coba?

Mari kita runutkan satu persatu kenapa saya bilang karakter ini Marry Sue dan sooo unlikable.

Cerita dibuka dengan setting di sebuah resto mewah di Jakarta. Callysta, si tokoh utama, mau dikenalin bokapnya dengan calon mami baru yang bule dan calon adek tiri cowok baru yang tentu saja bule juga. Nah, secara KEBETULAN, sang tokoh utama ketemu dengan mantannya waktu ke WC (saya sebenarnya heran, kenapa sering ngambil setting WC untuk adegan awkward-awkwardan?) Bukan cuma tu aja, selain sang mantan, dia juga ketemu pacarnya si mantan YANG KEBETULAN adalah anak suami baru mama kandungnya.

Too much coincidence here?
Batin saya membela:
"Ah, ga papa. Kebetulan toh bisa terjadi di mana aja kan? Bisa jadi, ternyata besok nyokap saya bilang bahwa ternyata Pak Obama yang presiden Amrik itu ternyata om saya."

#terlalusinis
#ditabok

Yah well, selanjutnya, cerita bergulir yang menegaskan, intinya Cally patah hati dan kebetulan baru lulus SMA. Jadi dia pun berangkat ke Amrik sama mami dan adik baru untuk tinggal di sana. Tujuannya? Menyembuhkan hati yang terluka.
EH? Ga kuliah gitu, Neng? Bukannya dah lulus SMA? Nggak. Kan dari keluarga kaya gitu, Mbak. Bokap, nyokap tiri kaya. Bahkan nyokap kandung aja selingkuhnya internasional kan? Sama pengusaha Singapura gitu lhoo~

Ya deh, kayanya saya yang ngiri, gigit jari. Nasib tiap orang kan beda. Lagian itu duit juga duit ortunya, bukan duit saya kan?
#plak
Ohya, maaf. Sinis lagi.

Lanjut. Dalam perjalanan menyembuhkan patah hatinya, Cally diajak jalan-jalan sama adik tiri yang baik hatinya. Ketemulah dia dengan Vesper Skyfall... eh lupa deh siapa nama belakangnya. Masih bagus saya ga tulis Casper. Hehehe...

Singkat cerita, tentu saja sudah jelas kan? Cally jatuh cinta ke Vesper. Dan tentu saja sudah jelas lahh!! Vesper juga jatuh cinta ke Cally.
Daan tentu saja sudah jelas buanget!!! ada penghalang di antara mereka berdua, Rachel. Cewek mantannya Vesper.

....menjelang halaman 90an saya udah mulai ngos-ngosan.
dan duh! saya makin ngos-ngosan begitu sampai adegan Cally memperlihatkan topi rajutan neneknya yang rusak dan hilang gara-gara ditendang kuda. Eh, jadi gini. Kuda itu ngamuk kaget gara-gara Vesper, lantas nendang Cally. Sayangnya Cally nggak terluka karena dilindungi Vesper yang sigap. Tapi topi rajutan nenek hilang.

Dan apa yang terjadi? Cally ngamuk. Dan bilang benci ke Vesper. Dan mereka musuhan sampe berbulan-bulan.

*membenamkan kepala sendiri ke bantal*

Ya elah, Mbak!! Segitu cintanya elo sama itu topi?? Lebih dari cowok yang katanya lo cinta?? Lo ampir mati, Mbak! Hampir matii kalao ga ada itu cowok!

*membenamkan kepala ke bantal lagi*

Perlukah saya menjabarkan sifat sang tokoh utama ini lebih lanjut?
A Spoiled Brat! But be loved by others!

Haduh... mulai dari sini, saya baca speed reading. Saya juga jadi malas menjabarkan kedodolan si Cally ini lebih lanjut.

Terus gimana dengan tokoh lain?
Euh. Nggak ada tokoh yang saya suka. Vesper terlalu dreamy. Tipikal cowok idaman cewek-cewek. Mark terlalu dewasa untuk jadi adiknya Cally. Mungkin Claire yang paling saya suka. Karena tendangan epiknya. #plak

Setting? Okelah, di sini bisa saya bilang, settingnya bagus. Walaupun ga bisa crosscheck, tapi saya merasa penulis sudah cukup bagus risetnya. HANYA SAJA too much tell than show. Rasanya seperti diajak tur ke Amerka lewat buku. I mean, REAL TOUR. Dimana para tokohnya menjadi pemandu wisata. Jadi yaa.. seperti baca brosur perjalanan aja.

Kesimpulannya, penulis berusaha terlalu keras menampilkan setting Amerika, tanpa dibarengi dengan plot, karakterisasi dan narasi yang cukup baik. Alhasil, jadinya datar.

Satu hal positif dari buku ini. Saya jadi tau dimana kantor Google, Frost Valley, gedung Rippley's, dsb dsb. Good touring. Ga penting buat cerita, tapi penting buat saya kalau kapan-kapan mampir main ke tempat om saya~

View all my reviews

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buah Insomnia: PILIHAN

Unfinished Work, That is Me (2)