Memilih Insomnia: SEBUAH KEMENANGAN KECIL

Iya, saya kembali curcol setelah lebih dari dua minggu curcol terakhir terposting.

Maksudnya "memilih insomnia", karena besok saya mulai libur panjang sampai minggu depan karena hari raya. Jadilah saya mengerjakan tugas yang saya deadline sendiri harus selesai di akhir minggu depan. Yah, kalau tidak begitu, mendingan saya balik mati suri saja. Tulisan ini adalah "intermezo". Tapi saya tidak menyanggah bila anda mengatakan ini "procastinating". Suit yourself~

Dua minggu bangkit kembali dari kuburan, saya menyadari ada yang berubah dari dalam diri saya. Misalnya, entah mengapa kawah candradimuka yang dulu kelihatan mengerikan, tidak begitu mempengaruhi saya seperti sebelumnya. Lalu, iblis-iblis yang dahulu menakutkan, bahkan tidak lagi dapat membuat saya gemetar. 

Namun demikian, ketika saya sedang sendirian di bilik nyaman, terkadang roh-roh yang dulu pernah menguasai saya, seolah mencoba kembali merasuki diri saya lagi. Dari situlah, saya menyadari, tidak ada luka yang dapat sembuh seratus persen. Ada ungkapan, manusia yang baru lahir ibarat sebuah kertas putih raksasa, yang mana orang-orang sekitarnyalah para penulisnya. 

Akan tetapi, walaupun berbekas, tulisan-tulisan buruk bisa saja dihapus. Ini yang dinamakan reformasi. Dan ini membutuhkan sebuah keputusan dari anda untuk menghapusnya. Sebab dunia mungkin tidak berubah, tetapi anda BISA berubah.

Ucapan dan sikap seseorang mencerminkan hatinya. Orang yang mengucap cap-cap buruk, bersikap buruk, adalah tanda hatinya yang busuk. Maka itu penting untuk membersihkan hati kita supaya tidak terbawa arus keruh ini. Hari ini, seseorang mengucap hal yang menyakitkan hati saya. Dia mengucapkannya dengan nada bercanda, tetapi terasa bagaikan cap yang selama ini saya percaya sebagai suatu kebenaran. Kendati, saat itu, hati saya tertusuk. Saya heran. Sebab tidak ada amarah yang muncul ke permukaan. Saya malah terdiam. Ikut sekeliling yang ikut terdiam pula. 

Kemudian malam ini, di dalam bilik saya, rasa sakit itu tiba-tiba saja datang bertubi-tubi. Begitu nyeri, sampai saya menangis. Tetapi heran. Seperti siang tadi, saya sama sekali tidak marah pada orang itu. Yang muncul adalah rasa bangga, bahwa saya bisa menyikapi sikap kampungannya itu dengan gaya dewasa. LOL

Setelah bermeditasi sejenak, saya menyadari, bahwa saya telah berubah. Wow. Setelah ketakutan yang amat sangat, lebih dari dua minggu yang lalu, karena akan menghadapi dunia, ternyata saya sudah siap untuk ini semua.

Entah bagaimana dengan tantangan di hari esok, tetapi biarlah hari ini saya menikmati kemenangan kecil saya. ;)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buah Insomnia: PILIHAN

Unfinished Work, That is Me (2)