Ujian Kenaikan Kelas Corona-sensei

*bersihbersih debu kiri kanan


Udah tiga tahun lamanya nggak ninggalin jejak di rumah ini. Sebelum-sebelumnya alasannya sih karena sibuk, nggak niat nulis or whatever... (Well, gue ada tulisan untuk blog ini sih tapi belum gue post. Tapi biarlah gue post nanti saja. Tahun depan mungkin? Ketika keadaan dunia sudah lebih baik dari hari ini).

Nah, tapi hari ini gue sempatkan nulis di sini. Hmm tapi sempatkan itu bukan kata yang tepat juga. Tapi SANGAT SEMPAT. Kenapa? Karena gue sudah pindah dunia.
.
.
.
.
*krikkrik
Eh salah? Karena nggak ada portal? Baiklah. Kalau gitu ini era post-apokalips.
.
.
.

.
*krikkrikkrik
Nggak salah pakai banget kan. 

Flash back sedikit. 
Pandemi corona yang diawali dari akhir Desember 2019 adalah kado tahun baru terbangke untuk manusia. Plot twist bagi semua kisah dan rencana, yang membuat elo merasakan sendiri rasanya gimana berada di posisi original character elo yang elo buli selama ini! (Lha kenapa gue jadi marah-marah yak. wkwkwk)

Yah gue akan kisahkan sebentar apa yang terjadi selama tahun ini. Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan manis, cantik, baik hati, rajin menabung dan investasi, memutuskan untuk mengejar impian lamanya dan meninggalkan kepalsuan duniawi oportunis yang malah membuatnya semakin stres. Berpegang pada keinginan itu, si anak perempuan maniscantikbaikhatirajinmenabungdaninvestasi itu pun mengambil langkah besar dengan memulainya dengan melakukan apa yang paling membuatnya senang. Solo traveling.

Yes! Berbekal tekad, walaupun sudah banyak gembar-gembor pandemi di mana-mana, tetapi si anak perempuan maniscantikbaikhatirajinmenabungdaninvestasi tetap maju jalan. Memesan tiket keliling dunia! (yeah I wish). 

But then...

BOOM!

Corona-sensei appear on her doorstep!
Smack!
Blar!
Boom!

Si anak perempuan maniscantikbaikhatirajinmenabungdaninvestasi pun terkurung di dalam penjara (baca: rumah)

The end,
.
.
.
.
.
Epilog. #bukan

Yes. Sudah dua bulan lebih gue terkurung di rumah. Dua bulan lebih rutinitas gue direnggut paksa. Dua bulan lebih merasakan mental breakdown up and down, tapi sialnya cenderung down.  

Eh?  Jangan stres, kata elo?

No! Admit it yourself! We are all in stress because of that d*mn Corona sh*t! 

Mengakui kelemahan elo adalah langkah pertama untuk menjadi orang kuat. Buat gue, setidaknya bisa memperlama progres mental breakdown gue. Sebab di situlah gue bisa mengevaluasi diri gue. Apa-apa saja yang bisa membuat gue tersenyum, apa yang bisa membuat makin stres. 

Dalam keheningan yang terbentuk oleh situasi ini, gue pun merasa semua ini sudah ada yang mengatur. Gue bukan orang agamis, tetapi gue percaya satu hal. Bahwa segala hal sudah ada yang mengatur. (Buat para skeptis fanatik, mungkin ini kedengaran pasrah. Biarin amat, emang gue pikirin!) Bahkan gue sadar bahwa semua ini sudah diatur jauhjauhjauhjauh sebelum semua ini terjadi. 

(Pengennya sih bilang sudah diatur dari gue masih dalam kandungan biar dramatis gitu wkwkwk)

Gini. Posisi gue sekarang nggak bisa dibilang menguntungkan tapi nggak bisa dibilang tidak untung juga. Gue tenaga medis dan seorang spesialis akupunktur medis yang nggak terlalu kepake dalam pandemi global begini. Di sisi lain, gue kekurung dan stres di rumah. Tetapi di sisi lain, gue tidak mengalami PHK seperti yang dialami kebanyakan orang. Termasuk adik gue sendiri.

Lalu di sisi lain, pernah berlatih di kawah candradimuka penuh jejaruman api yang pernah gue jalani selama 4 tahun dahulu, ternyata membuat gue lebih mampu menghadapi situasi tertekan begini. Gue yakin, gue yang dulu hampir pasti stres depresi berat deh. Tetapi tidak, gue yang sekarang. 

Itu baru gue sebut dua hal yang sudah ada yang ngatur. Satu lagi nih, yang membuat gue amaze. Terkurung di rumah membuat gue bisa menjalani passion gue selama ini. MENULIS. Karena kesibukan selama ini, membuat gue sulit banget fokus menyusun plot dan sebagainya dari proyek pribadi yang udah berumur 7-8 tahun. Tetapi karena segala keheningan ini, membuat gue bisa meneruskan apa yang ingin gue lakukan selama ini. 

Dan gue juga baru tahu ternyata kamar gue lumayan nyaman dipakai untuk menulis. Bahkan ada balkon yang bisa gue manfaatkan untuk mencari inspirasi.

And for that... Thank you, Corona-sensei.

Walaupun tiket si anak perempuan maniscantikbaikhatirajinmenabungdaninvestasi alamat hangus sih. wkwkwkwk.

The truth is... gue nggak nyesal beli tiket itu. (moga2 bisa refund. Amin!) Sebab itu adalah langkah besar yang perlu gue ambil untuk menjadikan gue orang yang mencintai diri sendiri. Gue di November 2019 dan gue di Februari 2020 adalah orang yang berbeda. Gue di Februari 2020 dan gue hari ini (14 Mei 2020) mungkin masih orang yang sama, tetapi gue bisa merasakan sedikit demi sedikit perubahan itu. Sehingga gue yakin: gue Mei 2020 dan gue Mei 2021 sudah pasti adalah orang yang berbeda dan lebih baik. 

Mudah-mudahan dua-tiga-empat kali lipat lebih baik. Sebab saat ini sedang ujian kenaikan kelas yang sulit dari Corona-sensei.


~to be continued~
"Selalu ada alasan untuk tersenyum."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: Last Minute in Manhattan

Unfinished Work, That is Me (2)